Rabu, 12 September 2012

Menyibak Misteri “Antu Banyu”

Share on :



Benarkah Ada Ataukah Sekedar Legenda?
Korban tewas di perairan sungai tak sedikit dikaitkan dengan unsur mistis. Umumnnya dikaitkan dengan antu banyu. Di kawasan Sumsel, sebutan tersebut sudah sangat familiar. Apakah sekedar tahayul atau benar adanya, banyak keluarga korban yang tewas tenggelam, kemudian memanggil pawang untuk menemukan jasad keluarga mereka. Lantas, seperti apa antu banyu acapkali disebut-sebut masyarakat tersebut? Berikut penelusuran Sumeks Minggu.

Sudah berapa banyak jenazah dievakuasinya dari perairan sungai? Ditanya begitu, Abdul Somad, akrab disapa Mang Kunung sempat terdiam. Bukannya binggung, warga Desa Pamulutan Ilir, Kecamatan Pamulutan, Indralaya ini kesulitan menghitungnya. “Sudah tak terhitung. Jumlahnya sudah ribuan,” jelasnya kepada Sumeks Minggu, ditemui dikediamannya, Kamis (4/7) lalu.

Mang Kunung merupakan satu dari beberapa pawang di Pamulutan, kerap dimintai bantuanya oleh masyarakat saat keluarga mereka tenggelam atau di makan buaya. Sebutan pawang buayo, melekat pada pria berumur 53 tahun ini.

Tidak hanya warga Pamulutan, di kawasan Ogan Ilir (OI), Palembang, OKI, Banyuasin serta Musi Banyuasin (Muba), Mang Kunung acap kali di panggil. Jika panggilan datang, pagi, siang ataupun malam, Mang Kunung pun mesti siap keluar. Prinsipnya, ia harus membantu, mencari jenazah warga yang tenggelam.

Diceritakan Mang Kunung, keahlian didapatnya berasal dari nenek moyangnya. Namun, ia baru mengetahuinya tahun 1980 lalu ketika ia berumur 23 tahun. Ketika warga tenggelam dan sulit ditemukan, ia mendapatkan bisikan gaib agar membantu.

Meski ragu, ia kemudian memberanikan terjun. Saat dirinya terjun ke dalam sungai, baru ia ketahui, terdapat kekuatan membantunya mencari jenazah. “Kadang di dalam air saya berenang melawan arus. Logikanya tidak bisa. Tapi itulah kenyataanya,” jelas Mang Kunung.

Nah, dari pengalamannya membantu menemukan jenazah warga tenggelam itulah, Mang Kudung mengetahui seputar seluk beluk antu banyu. “Tiap tahun, kejadian orang meninggal akibat tenggelam bisa ratusan. Hanya 25 persen bisa dikatakan meninggal akibat tenggelam. Lebihnya, bisa dikatakan akibat perbuatan antu banyu itu,” urainya.

Perbedaan jenazah tewas tenggelam dan digelayuti mistis antu banyu dikatakan Mang Kunung terlihat dari hidung jenazah ditemukan. Jika terus menggeluarkan darah, menurutnya itu akibat hisapan. Tak menggeluarkan darah, itu karena tenggelam biasa.

Warga yang tenggelam akibat tenggelam sendiri lanjut Mang Kunung tak lama bakal muncul di permukaan. Sebaliknya, jika lama tak muncul ke permukaan, itu karena tengah dalam pegangan sang mahluk halus.

Dari seluruh korban ditolong, umumnya anak-anak. Berkisar pada umur tujuh tahunan. Atau pasangan yang baru menikah atau wanita yang tengah hamil. “Orang-orang yang diambil itu, biasanya orang-orang yang pada umurnya benar-benar disayang,” jelasnya.

Apa yang terjadi pada korban ini, karena adanya kekosongan pikiran hingga mudah dimasuki mahluk halus. Ada juga, sejak bayi atau sejak kecil sudah ditandai (memiliki siung, red). “Kadang, korban sebelum meninggal kalau diingat memiliki kelainan. Kalau keluarga mengetahui, sebenarnya bisa dirias (diobati, red),” urainya.

Mahluk halus disebut antu banyu sendiri, bentuknya seperti monyet. Lebih kecil dengan rambut panjang hitam. Meski lebih mirip binatang, mahluk ini dikatakan Mang Kunung merupakan jelmaan iblis. Sedangkan iblis, berdasarkan sejarah, sejak Nabi Adam terus menggoda dan menyesatkan manusia.

Di sungai, mereka tinggal di cekukan atau gua. Biasanya ke permukaan di pangkalan-pangkalan tempat masyarakat mandi. “Mereka ada di sepanjang sungai. Jumlahnya banyak. Di kolam juga ada. Seperti kolam yang di Jakabaring,” jelas Mang Kunung.

Pun begitu, bagi masyarakat Sumsel masalah ini diakui Mang Kunung masih menjadi kontroversi. Banyak yang tidak mempercayai hal ini. Banyak juga menyakini hal tersebut sebagai hal lain. Ada yang mengatakannya sebagai perwujudan manusia berbentuk kera besar dan hendak mencari ilmu. Versi lain pun sangat beragam menjadi perbincangan masyarakat.

Meski sering muncul di permukaan, mahluk ini dikatakan Mang Kunung tak terlihat. Sulit sekali kasat mata warga bisa bertatapan langsung. Mereka tak mau terlihat, langsung nyemlung ke dalam air. Nah, untuk menangkal mahluk ini, Mang Kunung memberikan sedikit tips.

Pertama, menempatkan tempurung kelapa, berlubang akibat dimakan tupai. Tempurung kelapa tersebut diletakan diatas batang kayu kandis. Kedua, bahan sapu berwarna hitam (disebut dok, red) dicampur dengan besi, dilapisi kain, dilempar di aliran sungai tempat tinggal.

Bagi Mang Kunung, tiap tahun secara pribadi dia melakukan ritual. Menyembelih ayam, meminta kepada Yang Maha Kuasa agar korban-korban di sepanjang sungai tidak banyak. Entah apa hubungannya, tiap tahun juga Mang Kunung mengaku pergi ke dekat kawasan Muara Tungkal, Jambi.

Tempat tersebut merupakan perpaduan antara air laut dan air sungai. Di kawasan tersebut, menurut cerita Mang Kunung di tempat tersebut terdapat istana, ibarat ibukotanya mahluk gaib. Yang mengejutkan, tiap tahun dia diundang, sekedar melaporkan jumlah masyarakat yang tewas.

Sementara Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumsel, KH Sodikun saat di konfirmasi koran ini sempat tertawa mendengar istilah antu banyu. Namun dirinya tak menampik adanya mahluk gaib, baik di darat ataupun di air. Kepada masyarakat, Sodikun hanya menghimbau untuk memperbanyak dizikir serta bacaan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. (wwn)

Merasa Dikejar Antu Banyu
Entah sekedar sugesti atau benar adanya, salah seorang warga Lorong Selekta/Kangkung, Rt 24, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu (SU) I sebut saja Emi (42) mengaku seperti dikejar antu banyu.

Perasaan ini diceritakan Emi timbul setelah dirinya melihat kejadian anak tetangganya, Natalia (9,5) yang tewas tenggelam di bawah jembatan Ampera, Sabtu 16 Juni lalu.

Menurut Emi, saat Natalia dikabarkan tenggelam sore hari, penduduk sudah ramai melakukan pencairan. Setelah beberapa jam tak membuahkan hasil, suaminya meminta bantuan pawang di kawasan Keramasan, Kertapati.

Hasilnya, setelah pawang tersebut datang, jenazah Natalia langsung timbul ke permukaan. Namun, saat evakuasi tersebut, Emi yang berada di pinggiran sungai merasa dicolek seseorang.

Saat itu, orang yang suaranya seperti laki-laki tersebut mengatakan agar Emi jangan dekat kearah sungai, nanti menjadi sasaran antu banyu. “Pas aku lihat ke belakang, orang yang colek itu dak ada lagi. Sejak itu, di rumah aku merasa banyak bau amis. Sempat telihat, ada binatang hitam kecil dengan mata merah masuk ke rumah. Aku kadang merinding. Sejak itu aku takut keluar rumah,” jelas Emi.

Emi merasa baikan, berani keluar rumah setelah berobat ke seorang pawang di kawasan Pamulutan. “Kalau nurut yang ngobati aku, antu banyu itu ibarat nyari sasaran. Karno suami aku manggil wong pinter, jadi jenazah Natalia cepat ditemuke,” tandasnya. (wwn)

(Kompol M Haris SH MH, Kasat Polair Polresta Palembang) Sesuai Prosedur, Gandeng Mitra
Pencarian warga yang tenggelam di perairan sungai, dijelaskan Kasat Polair Polresta Palembang, Kompol M Haris SH MH dilaksanakan sesuai prosedur. Pencairan dilakukan oleh anggota berdasarkan keahlian menyelam selama tujuh hari dan dapat diperpanjang jika memungkinkan.

Namun, pencarian di sungai Musi cukup menyulitkan. Dengan arus deras, air sungai Musi cenderung berlumpur membuat warna sungai kekuningan. Meski telah menggunakan penerang, tak banyak hal dapat dilihat oleh anggota.

Oleh sebab itu, sejak lama, Polair dikatakan M Haris menggandeng seorang mitra. “Namanya Pak Senen dan sudah lama menjadi mitra kita. Untuk menemukan jenazah, dia membantu murni masalah kemanusian,” jelas Haris.

Senen sendiri diakui Haris kadang dikatakan orang seorang pawang. Bagi Haris, mitra Polair tersebut dinilainya memiliki kemampuan alam lebih untuk menyelam dan memperkirakan posisi jenazah ketika terjadinya arus sungai.

“Kalau antu banyu itu legenda. Kita tidak mengkaitkannya ke sana. Kita kerja sesuai prosedur dan keahlian saja,” tukasnya. (wwn)

Written by: samuji Rabu, 11 Juli 2012 12:00
SumeksMinggu.com

0 komentar:

Posting Komentar